Rabu, 07 September 2011

ANDA MAU KELUAR DARI KEKUATIRAN?


ANDA MAU KELUAR DARI KEKUATIRAN?
1 PETRUS 5: 7

Banyak orang yang terombang-ambing dalam perjalanan hidupnya atau lautan kekuatiran. Sebab kekuatiran itu merupakan indikasi utama kecemasan. Banyak factor  yang membuat manusia merasa kuatir dalam hidupnya; antara lain: masa depan yang tidak menentu, misalnya masalah pekerjaan; karena perubahan zaman yang begitu cepat.

Dr. Thomas Borkovec yang terkenal dengan sebutan Dr. Kuatir medefenisikan “kekuatiran merupakan serangkaian pikiran dan gambaran-gambaran yang menghasilkan perasaan-perasaan negative. Pikiran –pikiran tersebut tidak dapat terkonrol, dan berkaitan dengan suatu masalah tertentu yang tidak pasti. Biasanya, para penguatir yakin bahwa kemungkinan besar akan terjadi satu hal atau lebih bersifat negative”.

Ciri-ciri Kekuatiran:

1.   Kekuatiran berhubungan dengan masa  yang akan datang: Kekuatiran yang diakibat dari kesalahan atau perbuatan yang keliru di masa lalu.
2.   Kekuatiran merupakan suatu bentuk perhatian yang berlebihan terhadap diri sendiri: para penguatir merasa bahwa sesuatu masalah yang terjadi pada dirinya ada kaitan dengan orang lain, tetapi sebenarnya, itu terjadi karena pikiran-pikiran negative yang bersifat pribadi. Akibatnya para penguatir biasa merasa sendirian dan kesepian.
3.   Kegelisahan  yang terus menerus
4.   Hilangnya daya tahan atau tingkat toleransi p0enderita terhadap stress: Para penguatir tidak dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang menekan bathinnya.
5.   Para penguatir terombang-ambing oleh berbagai pikiran yang sangat mengerikan dan mereka tidak mampu menghentikan  pikiran yang kacau tersebut.

Kekuatiran dan kecemasan dalam tingkat tertentu dapat berguna dalam kehidupan setiap orang, misalnya ketika akan menghadapi ujian di sekolah. Dengan ada rasa kuatir tersebut, seseorang akan mempersiapkan dirinya dengan melakukan kesungguhan belajar dan latihan. Namun yang mau kita bahas dalam diskusi ini adalah kekuatiran yang dapat menggangu kepribadian seseoarang dan orang lain.

Sekarang, bagaimanakah keluar dari kekuatiran yang dapat melumpuhkan seseorang? Firman Tuhan berkata: “serahkanlah segala klekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5: 7). Dari nats ini, seseorang dapat keluar dari kekuatirannya dengan cara:

1.     Mengeluarkan “beban” atau “pikiran-pikiran” yang mengganggu dalam hidupnya. Hal itu dapat dilakukan dengan berdoa kepada Tuhan atau sharing kepada Tuhan.
2.     Berpikir positif atau positive thinking: memikirkan hal-hal yang indah dan benar.
3.     Pengharapan: Hidup dan dunia ini bukanlah milik kita, namun milik Allah. Seseorang yang menyadari hidup dan dunia ini bukan miliknya, ia akan hidup dalam kepasrahan kepada Tuhan. Kepasrahan tersebut menimbulkan ketekunan dan pengharapan akan pemeliharaan Tuhan.

Senin, 22 Agustus 2011

PARHEHEON SEKOLAH MINGGU HKBP IMMANUEL

Pada tanggal 20-21 Agustus 2011 mengadakan kegiatan Parheheon Sekolah Minggu yang dihiasi dengan berbagai pertandingan di bidang kerohanian dan jasmani (olah raga). Adapun tujuan dari parheheon ini adalah menumbuhkan kerinduan anak-anak  sekolah minggu akan firman Tuhan. Sehingga anak-anak ini kelak menjadi "orang tangguh" dalam menjalani kehidupan mereka di dunia ini!.Seperti orang berhikmat yang mendirikan rumahnya di atas batu (Matius 7: 24-27).

Kamis, 18 Agustus 2011

PEMBANGUNAN WISMA HKBP IMMANUEL PADANGSIDEMPUAN

Pembangunan wisma ini dengan luas: Lantai dasar 4 m x 36 m; Lantai II 8m x 36m; Lantai III 8m x 36m. Semoga Tuhan memberkati pembangunan yang diadakan oleh Gerejanya demi kemulian namanya.

Minggu, 14 Agustus 2011

MEMBACA: PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PENGENALAN PERPUSTAKAAN OLEH MASYARAKAT

MEMBACA: PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PENGENALAN PERPUSTAKAAN OLEH MASYARAKAT

I.              Pendahuluan

Menumbuhkan kecintaan masyarakat akan perpustakaan, hal yang pertama untuk dilakukan adalah menumbuhkan minat baca masyarakat itu sendiri. Masyarakat Indonesia minat bacanya cukup rendah. Ini dimungkinkan karena masyarakat belum mencintai pendidikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo bahwa sampai pada tahun 2007, sekitar 1,4 juta dari 12,9 juta anak usia 13-15 tahun (11%) belum menikmati bangku Sekolah Menengah Pertama atau SMP (Pelangi Pendidikan, edisi Juli, 2007).

Pendidikan merupakan terapi yang ampuh untuk meningkatkan sumber daya manusia. Hasil dari pendidikan yang benar dapat keluar dari kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan. Sebab pendidikan yang benar akan menumbuhkan minat baca dan kecintaan masyarakat akan perpustakaan. Maka sangat diperlukan kerjasama pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk menciptakan pendidikan yang memerdekakan, bukan pembodohan. Namun seringkali terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia pembodohan masyarakat. Misalnya, pemerintah telah mencanangkan pendidikan gratis dalam program wajib belajar 9 tahun. Kenyataannya, banyak dari pihak sekolah di tingkat SD dan SMP yang membebani masyarakat dengan berbagai pungutan dari anak didik. Demikian juga dalam praktek Ujian Akhir Nasional (UAN) pada tingkat SD - SMP- SMA di banyak daerah, para anak didik dibantu oleh para guru pengawas untuk menyelesaikan soal-soal ujian. Hal ini merupakan pembodohan bagi masyarakat, khususnya bagi anak didik.

Sadar atau tidak sadar, perilaku seperti ini pasti akan mengurangi minat baca siswa-siswi di lembaga pendidikan formal. Seharusnya pemerintah dan masyarakat harus mengawasi dunia pendidikan agar tercipta pendidikan yang berkualitas yang meningkatkan  sumber daya manusia. Pendidikan harus dikembalikan pada pemahaman yang sebenarnya. Pendidikan berasal dari kata Latin yaitu educatus yang dijabarkan menjadi dua istilah educare  dan educere. Penjabaran yang pertama memberi arti ”merawat, memperlengkapi dengan gizi, agar sehat dan kuat”. Pengertian yang kedua adalah ”membimbing keluar........” Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu upaya yang disadari dan disengaja untuk memperlengkapi seseorang atau saekelompok orang untuk membimbingnya keluar dari satu tahapan  hidup ke suatu tahapan hidup lainnya yang lebih baik (B. Samuel Sijabat, 1995).
           
Sistem pendidikan harus membawa anak didik kepada pencerahan hidup. Target dari sistem pendidikan yang dinyatakan lewat kurikulum bukanlah nilai kelulusan, melainkan pengusaan ilmu pengetahuan oleh anak didik. Dalam penguasaan ilmu pengetahuan, anak didik akan berlomba untuk mencari sumber informasi  ilmu pengetahuan tersebut. Untuk memahami informasi itu anak didik harus membaca.
             
Semakin sering membaca maka semakin banyak yang tidak diketahui. Keingintahuan akan menimbulkan minat baca. Minat baca akan menumbuhkan kemandirian belajar. Jika sudah tercipta kemandiraan belajar khususnya bagi anak didik akan menghasilkan anak didik yang berwawasan luas, cerdas dan terampil. Inilah yang disebut dengan pendidikan yang memerdekakan.
            
 Salah satu upaya menciptakan kemandirian belajar bagi masyarakat adalah mendirikan - mempergunakan - memperlengkapi perpustakaan di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi), instansi pemerintah, lembaga swasta dan di lingkungan masyarakat umum. Sebab perpustakaan adalah pusat informasi ilmu pengetahuan yang lengkap.

II.           Membaca Dapat Meningkatkan Pendidikan Masyarakat
              
Mayoritas penduduk Indonesia adalah petani, nelayan dan buruh yang tergolong miskin. Pendidikan formal dan buku belum menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan perut hal yang paling utama. Sehingga keluarga atau orang tua tidak mewajibkan anaknya untuk menikmati bangku sekolah. Kemiskinan ekonomi menjadi tantangan dalam mengembangkan minat baca masyarakat.
          
Tantangan ini harus menjadi pergumulan semua lapisan  masyarakat dan pemerintah. Apakah untuk mewujudkan masyarakat membaca harus lebih dahulu dipenuhi kebutuhan finansialnya? Menurut Jonathan Lassa (2007) berpendapat bahwa:
1.  Membaca adalah sesuatu yang memerdekakan, membebaskan, dan memungkinkan terbang dalam imaginasi ke tempat-tempat yang mungkin tak bisa dikunjungi seumur hidup dan memungkinkan berkenalan dengan manusia biasa dan luar biasa dari semua generasi tanpa secara langsung harus berjabatan tangan.
2.       Membaca adalah akar dari seorang diri manusia.
3.       Membaca merupakan prasyarat menuju inovasi.
Dengan banyak membaca yang dibarengi kemauan dan kreativitas memungkinkan seseorang hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan.
     
Mewujudkan masyarakat membaca, pemerintah bersama masyarakat harus berupaya membangun sarana prasarana yang menunjang pendidikan  seperti:
1.       Gedung Sekolah  untuk tempat belajar yang disertai dengan pengadaan laboratorium dan perpustakaan.
2.       Guru: berperan untuk membentuk dan mengubah pola perilaku anak agar mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan baik dan benar.
3.       Pengadaan buku pelajaran yang gratis dan buku bacaan yang menarik
4.       Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti dan makna pendidikan
5.  Menghargai tenaga sukarelawan baik perorangan maupun sekelompok orang yang mengabdi pada masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Butet Manurung.
             
Peranan keluarga juga sangat penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Euis Sunarti (2004) berpendapat untuk menumbuhkan minat baca anak, orang tua harus mengajarkan anaknya mencintai buku dengan beberapa cara:
1.     Model reading: Orang tua menjadi contoh teladan bagi anaknya. Sulit bagi anak untuk mengembangkan perilaku mencintai buku, jika jarang melihat orang tuanya membaca buku.
2.  Metode bercerita: Sosialisasi terhadap anak agar mencintai buku bisa dilakukan dengan kebiasaan membacakan cerita kepada anak. Namun, patokan yang penting adalah kesiapan anak untuk mendengarkan cerita, bukan tergantung kapan orang tua memiliki waktu atau sedang ingin membacakan  cerita.
3.       Metode lain adalah dengan tidak selalu langsung menjawab secara tuntas pertanyaan yang diajukan anak. Anak diberi petunjuk dan diajak untuk menemukan jawabannya.
4.  Mengajak anak mengunjungi perpustakaan: Anak diajak untuk membayangkan proses penulisan dan penyelesaian buku, sehingga bisa memberi pengertian kepada anak untuk menghargai buku.

Tumbuhnya kecintaan anak terhadap buku akan meningkatkan minat baca anak itu sendiri. Anak yang minat bacanya tinggi selalu dibarengi dengan sikap dan tindakan yang positif bagi dirinya sendiri, orang lain dan terhadap lingkungannya.

III.        Mengenal Perpustakaan Lewat Pendidikan Formal
              
Masih banyak masyarakat yang belum mengenal perpustakaan dari sudut pengertian, fungsi dan tujuannya. Sebagian masyarakat mengenal perpustakaan hanya sebatas tempat penyimpanan buku-buku. Masyarakat lainnya belum mengenal sama sekali apa itu perpustakaan? Misalnya di daerah pedesaan dan di pojok perkotaan.
             
Ada pepatah mengatakan: ”kenal maka sayang”. Pepatah ini bukan hanya berlaku pada perjumpaan manusia dengan sesamanya. Tetapi pepatah ini juga berlaku pada perkenalan manusia dengan lingkungan sekitarnya, termasuk kepada perpustakaan. Namun yang menjadi pertanyaan: Bagaimana memperkenalkan perpustakaan kepada masyarakat? Apakah membaca sudah  menjadi kebutuhan mereka?
             
 Pemerintah harus bertanggungjawab untuk itu dengan memberikan penyadaran bagi masyarakat akan  arti pentingnya  pendidikan. Melalui peningkatan pendidikan masyarakat akan mampu meningkatkan taraf hidupnya dan mampu bersaing dengan masyarakat global. Dalam rangka penyadaran masyarakat akan pendidikan, Mantan Presiden Soeharto telah mencanangkan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjungan perpustakaan  yang pertama sekali yang diadakan pada tanggal 14 September 1996. Di masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri pada tanggal 12 Nopember 2003  dicanangkan Gerakan Membaca Nasional dengan meresmikan Taman Bacaan di berbagai daerah. Demikian juga di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diadakan Gerakan Pemberdayaan Perpustakaan di Masyarakat.
           
Seiring dengan gerakan-gerakan tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Undang-Undang tentang Perpustakaan (UU No. 43/2007).  Dalam undang-undang tersebut dinyatakan ”bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Dan bertujuan untuk memberikan layanan kepada pemustakaan, meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dengan demikian perpustakaan adalah penghimpunan informasi berbagai  ilmu pengetahuan dan budaya yang diolah dan disebarluaskan untuk kepentingan masyarakat.
             
Supaya masyarakat makin mengenal arti pentingnya perpustakaan tersebut. Pemerintah dan Lembaga Perpustakaan Nasional yang bekerjasama dengan lembaga/organisasi masyarakat dan pustakawan, memperkenalkan atau istilah politik ”mengkampanyekan” perpustakaan kepada masyarakat dengan selebaran (reklame), pengiklanan di media cetak dan elektronik (Radio, TV, Internet), serta mengadakan berbagai kegiatan loka karya.
             
Pemerintah juga harus secara tegas mewajibkan setiap lembaga pendidikan formal memiliki dan memanfaatkan perpustakaan demi terciptanya minat baca dan kemandirian belajar dari pada anak didik. Memang harus diakui dalam pengembangan minat baca  dan kemandirian belajar anak didik dibutuhkan guru yang profesional. Maka untuk itu diperlukan keproaktifan dari pada dinas pendidikan mengawasi dan menilai keberlangsungan pendidikan formal.
           
Dengan terciptanya guru-guru yang profesional akan dapat mengembangkan minat baca anak didik. Guru yang profesional akan memberikan tugas-tugas yang menyangkut mata pelajaran dan kehidupan sekitar kepada anak didiknya. Dalam penyelesaian tugas tersebut anak didik akan digiring dengan sendirinya untuk membaca. Tugas yang dikerjakan anak didik harus diperiksa oleh guru secara profesional. Guru yang tidak profesional sering kali memberikan tugas kepada anak didiknya, tetapi tidak diperiksa dengan baik. Sehingga anak didik tidak dengan sungguh-sungguh menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tersebut.
Pengajaran yang profesional akan menciptakan kesadaran membaca buku  yang mendidik para anak didik untuk memahami dirinya dan lingkungan hidupnya. Kesadaran membaca  buku akan melahirkan pengakuan bahwa ”buku adalah jendelah dunia”.
          
Dengan meningkatnya kesadaran membaca, anak didik mengenal perpustakaan sebagai tempat informasi ilmu pengetahuan dan tempat belajar. Dalam Undang-undang tentang perpustakaan  No. 43/2007 ada bebarapa jenis perpustakaan, yaitu:
a. Perpustakaan Nasional;
b. Perpustakaan Umum;
c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah;
d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan
e. Perpustakaan Khusus.
Oleh sebab itu, anak didik akan memahami  semakin banyak perpustakaan di sekitarnya, maka semakin banyak dan mudah mencari informasi ilmu pengetahuan dan budaya yang dibutuhkannya.
            
Berkunjung ke perpustakaan bukan hanya mempelajari ilmu pengetahuan dan budaya, tetapi juga belajar menghargai penulis buku dan pustakawan.  Anak didik belajar menghargai para penulis buku dan pustakawan dengan merawat buku-buku tersebut. Hal itu juga berdampak positif bagi diri anak didik itu sendiri. Karena anak didik telah terispirasi dari perkunjungannya ke perpustakaan, anak didik juga merawat buku yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.

IV.              SARAN DAN KESIMPULAN
1.      Pendidikan seutuhnya adalah pemahaman akan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah dengan membaca.
2.   Budaya baca adalah perwujudan dari masyarakat yang berpendidikan. Pemerintah, Lembaga Perpustakaan Nasional dan masyarakat harus bekerjasama untuk meningkatkan gairah baca masyarakat dengan berbagai kegiatan seperti olimpiade sains, lomba menulis, lomba pidato, dan loka karya/seminar sehari di setiap instansi (pemerintah dan swasta) yang diikuti oleh semua lapisan masyarakat.
3.     Budaya membaca akan meningkatkan kecintaan terhadap perpustakaan yang membawa pencerahan hidup masyarakat.

V.                 Kepustakaan

1.            Lassa, Jonatan; Menuju Kampus Sebagai Basis Masyaraka Membaca, (Nusa Tenggara Timur: IITS Publications,  2007)
2.            Sijabat, B. Samuel;  Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1994)
3.         Sudibyo, Bambang; Berita: Peluncuran Program Sosialisasi dan Publikasi Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, (Jakarta: Pelangi, edisi Juli 2007)
4.             Sunarti, Euis; Mengasuh Dengan Hati, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004)
5.             ___________, Undang-Undang Tentang Perpustakaan, Nomor 43, Tahun 2007







TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENYULUH AGAMA KRISTEN

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENYULUH AGAMA KRISTEN
(Oleh Pdt. Fortunate S. Siagian, STh, dalam Kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Kristen
Se-Kabupaten Tapanuli Selatan, 25 Agustus 2010)

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan diatas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
(Matius 5: 14-16)

Pendahuluan
Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2010, bangsa Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaannya yang ke-65 dari penjajahan bangsa asing. Kemerdekaan itu bukan buah perjuangan sekelompok orang atau golongan yang mayoritas, melainkan buah dari perjuangan seluruh rakyat Indonesia, termasuk warga Negara Indonesia yang beragama Kristen. 

Orang Kristen memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia, yaitu: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk perwujudan cita-cita kemerdekaan ini, orang Kristen harus aktif dan kreatif di dalam kehidupannya sehari-hari di mana pun ia berada.
Sah-sah saja jika timbul pertanyaan dari banyak orang Kristen di Indonesia dengan melihat realita sosial yang terjadi akhir-akhir ini, seperti penutupan gerjeja dan pelarangan ibadah bagi umat Kristen di beberapa daerah di Indonesia. Apa yang dapat kami lakukan untuk bangsa ini? Beribadah saja sudah di larang, apalagi mendirikan gereja? Apa jeritan dan tangisan orang Kristen akan didengarkan oleh pemimpin bangsa ini? Mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diungkapkan oleh orang Kristen di bumi persada ini dengan melihat berbagai peristiwa-peristiwa yang terjadi di nusantara ini, khususnya yang dialami oleh umat Kristen.
Hendaknya orang Kristen tidak dengan mudah memberi  jawaban dan kesimpulan akan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh orang Kristen di negara ini.  Masalah itu bukan saja masalah orang Kristen Indonesia saja, namun masalah itu menjadi masalah bangsa dan negara Indonesia. Orang Kristen harus mampu memahami dan memaknai setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidup dan kehidupannya. Oleh sebab itu, orang Kristen butuh penyuluhan setiap saat. Agar orang Kristen tetap bergairah untuk mengikut dan meneladani Yesus Kristus dalam kehidupannya.
Penyuluhan yang dilakukan bagi orang Kristen bukan saja hanya di bidang keagamaan (kerohanian) tetapi juga meliputi aspek kehidupan jasmani, misalnya di bidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, penyuluh adalah orang yang tangguh dalam hidup rohani dan jasmani. Penyuluh terpanggil menjadi teladan yang mampu membangkitkan gairah banyak orang untuk berbuat baik.
Pemahaman Tentang Penyuluh Agama
Kata “penyuluh” berasal dari kata “suluh” yang artinya ‘barang yang dipakai untuk menerangi, seperti obor. Dan penyuluh diartikan sebagai pemberi penerangan, penunjuk jalan, pengintai (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jkt, 2008, hl.1386).  Dalam bahasa Inggris kata “suluh” di terjemahkan dengan kata “to light”; to instruct” dan kata “penyuluh”  diterjemahkan dengan kata “instructor”; “informan”; atau “counselor” (Wahyu Untara, Kamus Inggris Indonesia Indonesia Inggris, Kawah Media, Jakarta, 2010, hlm. 580).
Dari pengertian di atas bahwa penyuluh dapat diartikan sebagai orang yang memberikan penerangan, penjelasan dan yang dapat mengarahkan orang banyak  ke dalam situasi yang aman dan damai. Harus digarisbawahi bahwa penyuluh bukan hanya sekedar pemberi informasi (informan), pengarah (instructor), tetapi penyuluh adalah orang yang bergerak di lapangan untuk melakukan pendampingan atau pembinaan kepada banyak orang.  Penyuluh membawa keluar jiwa-jiwa yang jatuh dalam kegelapan, dan mengangkat mereka ke dalam hidup yang penuh dengan cahaya kasih.
Oleh sebab itu, penyuluh harus memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain. Penyuluh juga harus lebih peka terhadap situasi dan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan bangsa dan negara. Sehingga informasi yang diberikan penyuluh adalah objektif, bukan sebagai isu yang dapat memprovokasi banyak orang. Dengan demikian penyuluh juga dapat diartikan sebagai pemersatu.
Orang-orang yang diangkat sebagai penyuluh oleh berbagai instansi/lembaga pemerintah dan swasta, khususnya penyuluh yang ada dalam kementerian agama harus menyadari bahwa dirinya adalah pembina/pengarah/pemersatu bagi masyarakat. Oleh karena itu, setiap penyuluh harus berusaha keras untuk memperoleh informasi dan pengetahuan dengan banyak membaca. Maka untuk itu penyuluh  wajib memiliki kualifikasi pendidikan yang standard.

Lembaga pemerintah dan swasta, seperti lembaga kementerian agama  yang mengangkat penyuluh bagi masyarakat wajib memperlengkapinya dengan buku-buku teologi dan non-teologi, pelatihan-pelatihan kepemimpinan/management, pemahaman tentang konteks, informasi yang aktual di bidang hukum, ekonomi, sosial, politik, dari sudut pandang agama dan sudut pandang kebijakan pemerintah.

Tidak boleh dipungkiri lagi bahwa pada zaman ini, ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) yang semakin canggih membawa dampak yang positf dan negatif dalam kehidupan masyarakat. Itu sebabnya, setiap penyuluh harus mengenal sisi negatif dan sisi positif dari kemajuan Iptek tersebut. Salah satu dampak positif dari kemajuan Iptek adalah masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi dibelahan bumi ini dari berbagai media, seperti media cetak dan media elektronik (televisi, radio, internet). Semua media ini dapat dipergunakan penyuluh untuk penyuluhan masyarakat. Dengan demikian penyuluh dituntut untuk memahami Ilmu Tekhnologi (IT).
Peranan Penyuluh Agama Kristen
Menurut Keputusan Menteri Agama RI No. 164, Tahun 1996, penyuluh agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan  mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa. Maka penyuluh agama Kristen adalah pembimbing umat Kristen dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha esa.
Sesuai dengan keputusan Menteri agama tersebut, penyuluh agama memiliki peranan yang sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Republik Indonesia ini yaitu mewujudkan kesejahteraan umum, mencercedaskan kehidupan bangsa dan melakukan ketertiban dunia. Maka dengan itu, ada beberapa peranan penyuluh agama Kristen di dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negera, yaitu
1.      Pendidik
Penyuluh agama Kristen adalah sebagai guru atau pendidik yang mengajar dan membina hidup rohani orang Kristen. Sebagai pendidik, penyuluh agama memiliki pengetahuan yang cukup tentang isi iman Kristen. Ia harus mengenal dan mendalami isi Alkitab. Agar ia mampu membawa orang banyak keluar dari kebodohan dan kedangkalan iman. Sebagaimana yang dibebankan Yesus kepada murid-muridNya dalam Matius 28: 19-20; “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa menjadi muridKu………dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu  yang telah kuperintahkan kepadamu”.
2.      Pemimpin
Dalam bahasa Inggris pemimpin diterjemahkan dengan kata “leader” yang artinya seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejak atau langkahnya. maka kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang  mempengaruhi orang lain untuk bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut (Soerjono Soekanto, Sosiologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hl. 318). Sebagai pemimpin, penyuluh agama Kristen harus mampu menjadi teladan  yang memancarkan terang cahaya kasih Kristus dalam seluruh hidup pribadinya. Dengan terang cahaya Kasih itu, penyuluh agama akan mampu menuntun orang banyak untuk memiliki sikap jujur dan perbuatan baik.
3.      Gembala
Sebagai seorang gembala, penyuluh agama Kristen harus memiliki sikap yang mau berkorban dan yang merindukan keutuhan umat. Penyuluh agama Kristen harus meneladani Yesus Kristus yang rela berkorban untuk pembebasan umat manusia. Dalam Yohanes 10: 11, dengan tegas Yesus mengatakan: “Akulah gembala yang baik”. Yesus juga berkata kepada Petrus dalam Yohanes 21: 15-17: “gembalakanlah domba-dombaKu”. Demikian Petrus juga berkata kepada para penatua dalam 1 Petrus 5: 2 “gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padaMu, jangan dengan dipaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena  mau mencari  keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri”. Demikian penyuluh agama Kristen dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya harus lebih mengutamakan kesejahteraan dan keutuhan umat, bukan kepentingan pribadi.
4.      Transformator
Modrenasasi telah menciptakan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat.  Modernisasi tersebut mempengaruhi nilai-nilai kebudayan dan keagamaan manusia. Sehingga modernisasi dapat menciptakan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat, dan kehancuran alam. Manusia akan semakin egois, yang tidak respect lagi kepada sesamanya dan juga melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam semesta. Pada zaman modern ini dibutuhkan Transformator yang membawa pembaharuan dalam kehidupan masyarakat. Franz Magnis Suseno  dalam bukunya yang berjudul Beriman dalam Masyarakat mengatakan tranformasi social yang didasarkan nilai spritualitas kristiani memunculkan tiga paham, yaitu: 1) Martabat manusia sebagai pesona; 2) Solidaritas; 3) Sikap berpihak kepada kaum miskin (Kanisius, Yogyakarta, 1993, hl.  119). Oleh karena itu, penyuluh agama Kristen harus mampu menjadi tokoh transformasi di dalam kehidupan masyarakat. Dengan iman kristiani (spritualitas kristiani) dari pada penyuluh agama Kristen akan membina umat untuk menghargai sesamanya, peka terhadap penderitaan orang lain dan mendahulukan kaum papa dan miskin.
Tugas dan Tanggung Jawab Penyuluh Agama Kristen
Dengan membaca peranan-peranan di atas penyuluh agama Kristen mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sungguh besar. Ada pun tugas dan tanggung jawab penyuluh agama Kristen adalah sebagai berikut:
1.      Menjadikan Semua Bangsa menjadi Murid Yesus
Arti dari pada Kristen adalah pengikut Yesus Kristus. Tugas panggilan orang Kristen adalah memberitakan, mewartakan injil kepada semua bangsa (marturia=bersaksi). Pewartaan injil bukan hanya dengan khotbah, tetapi juga dengan perbuatan. Sebagaimana yang disebut dalam Matisus 5: 16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Tuhan Yesus disini  tidak menekankan pemberitaan injil dengan kata-kata kepada muridNya. Namun Yesus lebih menekankan perbuatan-perbuatan baik daripada murid-murid Yesus.  Pemberitaan injil dengan perkataan (kesaksian) sama artinya dengan pemberitaan injil lewat perbuatan. Seperti pendapat Prof. W. Micahelis yang dikutip oleh J.J. Heer dalam buku Tafsiran Alkitab Injil Matius, dikatakan “praktek orang Kristen adalah hal yang meyakinkan orang lain” (BPK-Gunung Mulia, Jakarta, 1999, hl. 76).

Satu hal yang perlu diketahui oleh seluruh umat Kristen, bahwa pewartaan injil tidak sama dengan mengkristenkan orang lain. Pewartaan injil adalah memberi terang kepada orang lain. Oleh karena itu, menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus tidak sama dengan mengkristenkan bangsa-bangsa. Pengertian menjadikan murid Yesus adalah mengajak dan menuntun orang lain supaya taat dan mau memuliakan Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas dan tanggung jawab penyuluh agama Kristen adalah membina atau membina umat agar  hidup dalam ketaatan kepada Allah. Jadi pengajaran yang diberikan oleh penyuluh agama Kristen kepada semua umat merupakan motivasi dan arahan.  Dengan kata lain, penyuluh agama Kristen bertugas untuk memampukan umat Kristen menjadi saksi-saksi Kristus atau duta-duta Kristus.

Orang Kristen yang taat kepada Allah akan mengkomunikasi Injil dalam kehidupannya sehari-hari di tengah keluarganya, masyarakat dan bangsanya. Victor I. Tanja dalam bukunya yang berjudul Spritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia  menggunakan istilah “pempribumian iman kristiani” di tengah umat yang lain (BPK-Gunung Mulia; Jakarta, 1996, hl. 142-143). Artinya umat Kristen mampu membahasakan injil atau iman kristianinya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh umat yang lain, tanpa melemahkan atau mengurangi kebenaran iman kristiani itu sendiri.
2.      Menjadikan orang Kristen sebagai Pelayan dalam Pembangunan Bangsa dan Negara
Penyuluh agama Kristen bertugas dan bertanggunggung jawab untuk melibatkan orang Kristen dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, penyuluh agama Kristen harus mampu menjelaskan bahwa nilai-nilai pancasila tidak bertentangan dengan Misi Allah. Seperti pendapat Franz Magnis Susesno yang mengatakan bahwa orang Kristen menerima pancasila. Karena nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila sesuai dengan iman Kristen. Pancasila menekankan ketaatan kepada Allah dan kebersamaan hidup dengan orang lain. Demikian juga Allah menghendaki orang Kristen dan umat beragama lain taat kepada Allah dan mampu hidup berdampingan dengan orang lain. Artinya, orang Kristen memahami Pancasila sebagai wahana usaha pembangunan masyarakat di mana martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan dan sebagai Anak Allah dihormati (Beriman dalam Masyarakat, op.cit, hl. 131).
Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh agama Kristen merupakan penyadaran bagi orang Kristen, bahwa mereka adalah “hamba Allah” (Ibrani: ebed jahweh; Yunani: doulos) yang diutus untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara. Yeremia sebagai Nabi atau penyuluh berkata dalam suratnya kepada umat Israel yang mengalami penderitaan: “usahakanlah kesejahteraan kota ke mana Aku buang, dan berdoa untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29: 7).
Orang Kristen adalah umat Allah yang diterangi oleh FirmanNya akan mengimplementasikan iman kristianinya dalam tindakan nyata (praxis).  Orang Kristen senantiasa menyalurkan kasih kepada sesamanya dan lingkungan sekitarnya, dengan ikut berjuang bersama orang lain menciptakan kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan berkeadilan.  Kasih kepada sesama merupakan tindakan pemanusian manusia. Artinya, sikap dan hidup orang Kristen itu selalu memancarkan cahaya yang menghargai dan menghormati hak orang lain. Weinata Sairin mengatakan dalam tulisannya yang berjudul Peran Strategis penyuluh Agama Kristen (Suara Pembaruan Daily, Jakarta, 16 Februari 2006) bahwa melalui pelayanan penyuluh agama Kristen,  kedewasaan rohani orang Kristen dibangun, agar orang Kristen mampu hidup ditengah arus perubahan dengan tetap berpegang kepada iman kristianinya. Orang Kristen yang mengalami kedewasaan rohani akan memiliki beberapa hal: Pertama,  Mampu mempertanggungjawabkan pengharapannya (1 Petrus  3: 15). Kedua, berupaya mewujudkan karakter sebagai manusia baru (2 Korintus 5: 17; Kolose 3: 5-17). Ketiga, memiliki kedewasaan penuh (Efesus 4: 13).
Kesimpulan
1.    Konteks masyarakat Indonesia berada dalam konteks kemajemukan (pluralis) agama, budaya, ras dan golongan. Penyuluh agama Kristen wajib memahami kemajemukan masyarakat Indonesia ini. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, penyuluh agama Kristen menjungjung tinggi nilai bhineka tunggal eka (kesatuan dalam kepelbagaian). Sehingga pelayanan yang dilakukan oleh penyuluh agama Kristen merupakan upaya peningkatan kerukunan hidup umat beragama dan kerukunan hidup masyarakat yang majemuk.
2.      Ajaran agama Kristen yang utama adalah metaati Allah dan mengasihi sesama (Matius 22:37-40).
3.    Hidup orang Kristen yang mencerminkan ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama merupakan upaya mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara.
Kepustakaan
1. _____________              Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jakarta, 2008
2. J.J. Heer                         Tafsiran Alkitab Injil Matius,  BPK-Gunung Mulia, Jakarta, 1999

3. Franz Magnis Suseno,  Beriman dalam Masyarakat,  Kanisius, Yogyakarta, 1993
4. Victor I. Tanja,            Spritualitas, Pluralitas dan Pembangunan di Indonesia,  BPK-Gunung    
                                        Mulia,   Jakarta, 1996
5. Wahyu Untara,           Kamus Inggris Indonesia Indonesia Inggris, Kawah Media, Jakarta, 2010
6. Weinata Sairin,          Peran Strategis penyuluh Agama Kristen, Suara Pembaruan Daily, Jakarta, 16
                                    Februari 2006

MENGUBAH HATI


MENGUBAH HATI
2 Korintus 5:17

Apabila kita ingin berkembang dalam potensi kemanusiaan sepenuhnya bersama Kristus, kita harus menyangkal diri untuk menghindari perilaku dan pikiran egois yang menjebak kita. Ini berarti kita harus bersedia mengubah hati.

Berikut adalah contoh-contoh perilaku dan pikiran yang bersumber pada sifat egois:
1.  Kemarahan: Jika kemarahan itu muncul karena harapan yang tidak terpenuhi untuk berpuas diri.
2.  Tidak ada tanggung jawab seksual: Seks di luar konteks pernikahan. Hanya untuk pemuasan diri.
3.   Kerakusan : Dalam hal makanan dan obat-obat terlarang maupun minuman keras.
4  Iri hati:Dengan menginginkan milik orang lain kita melekaat tembok pemisah dengan orang lain.
5. Keserakahan: Memperoleh atau mencapai sesuatu dengan cara apapun dan menolak berbagi dengan orang lain.
6.     Ambisius: Memperbaiki diri dengan mengorbankan  orang lain
7.   Kemalasan: Memendam bakat tanpa guna; mengingkari kekuatan dasariah yang menjadi bekal kita untuk menjalani hidup.
8. Merasa paling benar: Menilai pendapat sendiri terlalu tinggi dan meremehka pendapat orang lain. Akan menutupo kemungkinan untuk mengubah perilaku yang salah.
9. Merasa paling susah: terlalu kasihan terhadap diri sendiri yang membuat kita tidak produktif.

Sifat-sifat itu memperbodoh diri sendiri dan membuat jengkel orang lain. Jika kita tidak mengubah sifat-sifat itu maka niscaya kita tidak  pernah mencapai kedamaian diri dan berdamai dengan orang lain.

Sifat egois mencapai kenikmatan jangka pendek tapi berbuah penderitaan jangka panjang. Yesus menginginkan kita mengalami perkembangan rohani dari keegoisan kepada  kematangan rohani yang sesungguhnya dengan mengubah hati.
Syalom!